LAPORAN HASIL PELAKSANAAN REMBUG TANI KOMODITI JAGUNG
DI DESA BULO KECAMATAN PANCA RIJANG
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
SULAWESI SELATAN
BAB I PENDAHULUAN
DI DESA BULO KECAMATAN PANCA RIJANG
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
SULAWESI SELATAN
BAB I PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah
satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum
dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,
jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Di Indonesia jagung
merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis
dalam pembangunan nasional. Sekarang ini jagung tidak hanya digunakan sebagai
bahan pangan tetapi juga digunakan sebagai bahan pakan dan industri bahkan di
luar negeri sudah mulai digunakan sebagai bahan bakar alternatif (biofuel).
Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus dengan
pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan kebutuhan pangan,
konsumsi protein hewani dan energi.
Menyadari fungsi dan
peran penting jagung tersebut, maka pemerintah berupaya untuk mewujudkan
peningkatan produksi jagung berbasis kawasan agribisnis tahun 2015 melalui
Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Jagung. Kebijakan
swasembada jagung ditetapkan dengan kriteria terpenuhinya kebutuhan pangan,
bahan baku industri pakan ternak, bahan baku industri lainnya (biofuel) dari
produksi dalam negeri. Untuk mencapai hal ini, maka target produksi yang harus
dicapai pada tahun 2015 adalah sebesar 20,33 juta ton dengan pertumbuhan 5,57%.
Mensukseskan program
pemerintah tersebut bukanlah hal yang mudah, karena beberapa daerah di
Indonesia memiliki permasalahan dalam meningkatkan produksi jagung. Seperti
halnya di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Desa Bulo Kecamatan Panca
Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang, terkendala dengan adanya alih fungsi lahan,
penggunaan benih bermutu, keterbatasan air dan pengetahuan petani tentang teknik budidaya jagung yang
belum optimal.
Untuk
mengatasi hal tersebut maka dilakukan Rembug Tani agar pengurus kelompok tani
dan pengurus gapoktan yang ada di WKPP desa Bulo bisa duduk bersama kepala
BP3K, PPK dan Penyuluh Pendamping untuk membicarakan akar permasalahan yang ada
serta mencari cara pemecahan masalah yang tepat, sehingga dapat meningkatkan
produksi jagung di Desa Bulo.
BAB
II TUJUAN DAN SASARAN
2.1
Tujuan
Tujuan
dari Rembug Tani dalam rangka UPSUS Peningkatan Produksi Jagung adalah sebagai
berikut:
2.1.1
Mengidentifikasi
masalah dan cara pemecahan masalah
2.1.2
Merencanakan dan menyusun
jadwal usaha tani
2.2
Sasaran
Sasaran
dari Rembug Tani dalam rangka UPSUS Peningkatan Produksi Jagung adalah sebagai
berikut:
2.2.1
Kelompok tani komoditi
jagung yang ada di WKPP desa Bulo.
2.2.2
Gapoktan yang ada di
WKPP desa Bulo.
BAB
III PELAKSANAAN
3.1
Waktu
Pelaksanaan
Rembug Tani dalam rangka kegiatan UPSUS
Peningkatan Produksi Jagung telah dilaksanakan pada tanggal 1, 3 dan 10
September 2015 bertempat di Kantor Desa Bulo, Jalan Poros Cipo Takari Desa
Bulo.
3.2
Metode
Pelaksanaan
Rembug Tani di Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang ini
dilakukan dengan menggunakan metode Pembelajaran Orang Dewasa yaitu ceramah,
diikuti dengan dengar pendapat, diskusi, rumusan hasil serta rencana tindak
lanjut .
3.3
Out
Put
Tersusunnya
pemecahan permasalahan dan rencana kegiatan usaha tani dalam rangka peningkatan
produksi Jagung pada kelompok tani dan gapokatan di WKPP Desa Bulo, Kecamatan
Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang.
3.4
Penyelenggara
·
Kepala BP3K Kecamatan Panca
Rijang
·
Pimpinan Pertanian
Kecamatan Panca Rijang
·
Penyuluh pendamping
UPSUS komoditi Jagung di WKPP desa Bulo
BAB
IV HASIL
4.1
Identifikasi
Masalah
Dari hasil rembug tani diidentifikasi
masalah-masalah yang menyebabkan produksi jagung di WKPP Desa Bulo belum
maksimal. Masalah tersebut adalah sebagai berikut :
4.1.1
Tidak tersedianya
jadwal usaha tani yang menjadi acuan petani untuk budidaya jagung
4.1.3
Menurunnya minat petani
untuk menanam jagung
4.1.4
Penggunaan pupuk dan
pestisida anorganik (kimia) yang berlebihan
4.2
Upaya
Pemecahan Masalah
Berdasar hasil
rembug maka telah disepakati beberapa usaha untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan produksi jagung di WKPP Desa Bulo belum maksimal. Usaha-usaha
tersebut adalah sebagai berikut :
4.2.1
Tidak
tersedianya jadwal usaha tani yang menjadi acuan petani untuk budidaya jagung
Jadwal usaha tani sangat dibutuhkan
petani untuk menentukan waktu tanam, jenis varietas yang ditanam, jenis
hama/penyakit, curah hujan, dan lain-lain. Untuk itu dalam rembug tani ini
disusun jadwal usaha tani selama satu musim tanam (jadwal terlampir).
4.2.2
Adanya
alih fungsi lahan
Salah satu penyebab menurunnya produksi
jagung di WKPP Desa Bulo adalah berkurangnya lahan pertanian untuk ditanami
jagung. Berkurangnya lahan tersebut karena adanya alih fungsi lahan menjadi
lahan sawah, lahan perkebunan, lahan untuk peternakan dan pemukiman.
Untuk mengoptimalkan produksi lahan yang
tersisa, maka akan dilaksanakan Intensifikasi Lahan yang disinergiskan dengan
program pemerintah dalam kegiatan UPSUS swasembada padi, jagung dan kedele.
Paket teknologi yang akan diterapkan padan intensifikasi lahan adalah :
·
Pengolahan tanah yang
baik
·
Penggunaan air yang
efektif dan efisien
·
Penggunaan benih unggul
·
Pemupukan berimbang
·
Pengendalian hma dan penyakit
yang tepat
Sedangkan program pemerintah yang
diturunkan dalam kegiatan UPSUS swasembada padi, jagung dan kedele di WKPP Desa
Bulo adalah, Optimasi Lahan Jagung APBNP tahun 2015 sebanyak 13 kelompok tani
dengan luas perkelompok tani sebanyak 25 Hektar. Adapun paket bantuan dari
kegiatan tersebut adalah :
·
Benih (Pioneer P.30
sebanyak 12 kelompok dan NK 22 sebanyak 1 kelompok) sebanyak 375 Kg/kelompok
tani
·
Pupuk Urea sebanyak
1.875 Kg/kelompok tani
·
Pupuk NPK sebanyak
1.250 Kg/kelompok tani
4.2.3
Menurunnya
Minat Petani untuk Menanam Jagung
Menurunnya minat
petani untuk menanam jagung menyebabkan luas tanam dan luas panen jagung di
WKPP Desa Bulo berkurang, yang berimbas pada menurunnya jumlah produksi. Petani
yang sebelumnya menanam jagung banyak memilih menanam padi atau beternak, hal
ini diakibatkan karena biaya sarana produksi yang tinggi seperti benih, pupuk
dan pestisida serta biaya tanam. Tingginya biaya sarana produksi tidak
diimbangi dengan peningkatan produksi yang maksimal, sehingga di saat panen petani
banyak yang rugi.
Untuk
membangkitkan kembali minat petani untuk bertanam jagung maka akan ditempuh
langka-langkah sebagai berikut:
·
Melakukan pembinaan dan
pendampingan terhadap petani jagung agar mampu melaksanakan teknik budidaya
jagung yang tepat sesuai dengan rekomendasi sehingga produksinya meningkat.
·
Memfasilitasi petani
untuk mendapatkan benih unggul yang memiliki potensi hasil yang tinggi.
·
Melaksanakan pengawasan
dan pendampingan program pemerintah, sehingga bantuan tersalurkan tepat sasaran
dan dipergunakan sesuai peruntukannya.
4.2.4
Penggunaan
pupuk dan pestisida anorganik (kimia) yang berlebihan
Salah satu penyebab
tingginya biaya sarana produksi adalah penggunaan pupuk dan pestisida anorganik
(kimia) yang berlebihan. Ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk dan
pestisida kimia ini diakibatkan karena pengetahuan petani tentang kegunaan
pupuk organik masih rendah.
Untuk mengurangi
ketergantungan penggunaan pupuk dan pestisida anorganik dan meningkatkan
penggunaan pupuk dan pestisda organik maka akan dilaksanakan kursus tani untuk membimbing petani tentang
kegunaan dan cara membuat pupuk dan pestisida organik dari limbah pertanian,
seperti pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair (POC) dan Pestisida
Nabati.
BAB
V PENUTUP
Rembug Tani yang
telah dilaksanakan di WKPP Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten
Sidenreng Rappang dihadiri perwakilan kelompok tani komoditi jagung dan
pengurus Gapoktan untuk membahas permasalahan – permasalahan yang dihadapi
dalam usaha peningkatan produksi jagung di WKPP Desa Bulo.
Kegiatan Rembug
Tani ini dapat terlaksana dengan baik, berkat adanya kerjasama, sinergi
kegiatan, koordinasi dan konsolidasi baik antara Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kab. Sidenreng Rappang, BP3K dan PPK Panca Rijang, PPL Desa Bulo serta Kelompok
Tani dan Gapoktan yang ada di WKPP Desa Bulo, baik pada waktu proses
pelaksanaan kegiatan, maupun sebelum dan sesudahnya pelaksanaan kegiatan.
Hasil dari kegiatan ini adalah
telah terimplementasikannya materi pelatihan di lapangan sehingga permasalahan
yang dihadapi oleh Petani maupun pelaku usaha di di WKPP Desa Bulo dapat dipecahkan,
Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan baik bagi Petugas/ Penyuluh maupun
pelaku utama/ pelaku usaha dan pada akhirnya dapat meningkatkan produksi di
bidang pertanian.
Demikian harapan kami bahwa hasil kegiatan ini akan
menjadi dasar dalam perkembangan Penyuluhan di WKPP
Desa Bulo serta memperoleh
hasil yang signifikan untuk kegiatan selanjutnya. Amin.
Lampiran. Poto Kegiatan