Selamat Datang di Blog BPP Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan

Wednesday, November 30, 2011

MANFAAT UNSUR HARA BAGI TANAMAN

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman unsure hara dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.       Unsur hara makro (Macro Nutrient) Merupakan unsur essensial, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak . contoh : yang diperoleh dari Udara dan Air: C, H, O dan yang diperoleh dari tanah: N, P, K, Ca, Mg, S
2.       Unsur hara Mikro (Micro Nutrient) Merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. contohnya : Fe, Mn, Cu, Mo, B, Cl
Suatu unsur hara dikatakan essensial bagi tanaman , jika ada 3 kategori berikut ini :
1.       Jika kekurangan unsur tersebut maka dapat menghambat dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
2.       Kekurangan unsur tersebut tidak dapat digantikan unsur lain.
3.       Unsur tersebut harus secara langsung terlibat dalam gizi makanan tanama
Pada umumnya tanda-tanda tanaman yang kekurangan (defisiensi) unsur dapat dilihat pada bagian tanaman yang ada diatas tanah. Terutama pada daun, kemudian ranting yang kecil, dan akhirnya pada seluruh bagian tanaman.
Berikut manfaat dan gejala defisiensi tanaman terhadap beberapa unsur hara:
No
Jenis Unsur Hara
Manfaat
Gejala Tanaman yang
kekurangan Unsur Ini
1.

Nitrogen (N)

Memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetative. Berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain.

Pertumbuhan tanaman lambat. Mula-mula daun menguning dan mongering, lalu rontok. Daun menguning diawali Dario daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.
2.
Fosfor (P)
Membantu pembentukan prptein dan mineral yang sangat bagi tanaman. Bertugas mengedarkan energy keseluruh bagian tanaman. Merangsangsang pertumbuhan dan perkembangan akar. Mempercepat pembungaan dan pembuahan tanaman, serta mempercepat pemasakan biji dan buah.

Daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merah keunguan. Kemudian menjadi kuning keabuan, dan rontok. Tepi daun, cabang dan batang berwarnah merah ungu, kemudian menjadi kuning. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Jika sudah terlanjur berbuah, ukurannya kecil, jelek, dan lekas matang.
3.
Kalium (K)
Membantu pembentukan protein, karbohidrat, dan gula. Membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.

Dauan mengerut atau menguning, timbul bercak-bercak merah coklat, lalu kering dan mati. Perkembangan akar lambat. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, kualitas jelek dan tidak tahan lama.

4.
Kalsium (Ca)
Mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim pertumbuhan, serta menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan.

Tepi daun muda mengalami klorisis, lalu menjalar ke tulang daun. Kuncup tanaman muda tidak berkembang dan mati. Terdapat bintik hitam pada serat daun. Akar pendek, buah pecah dan bermutu rendah.

5.
Magnesium (Mg)
Membantu pembentukan klorofil, asam amino, vitamin, lemak dan gula. Berperan dalam transportasi fosfat pada tanaman.
Daun tua mangalami klorosis, menguning dan bercak cokelat, hingga akhirnya rontok. Pada tanaman menghasilkan biji akan menghasilkan biji yang lemah.

6.
Sulfur (S)
Membantu pembentukan asam amino, protein dan vitamin. Membantu pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tunas baru.
Daun muda berwarna hijau muda, mengkilap, atap agak pucat keputihan, lalu berubah menjadi kuning hijau. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, batang pendek dan kurus.

10
Besi (Fe)
Berperan pada proses-proses biologis tanaman, seperti proses pernapasan, pembentukan klorofil, dan fotosintesis
Daun mudah berwarna putih pucat, lalu kekuning dan akhirnya rontok. Tanaman perlahan-lahan mati, dimulai dari pucuk.

11
Mangan (Mn)
Membantu proses fotosintesis dan berperan dalam pembentukan enzim-enzim tanaman.
Pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuning atau merah dan sering rontok, pembentukan biji tidak sempurna.

12
Cuprun (Cu)
Membantu pembentukan klorofil dan sebagai komponem dalam pembentukan enzim tanaman
Daun muda berwarna kuning, layu dan tidak berkembang. Pertumbuhan dan kesuburan tanaman terhambat secara keseluruhan.

13
Zink (Zn)
Membantu dalam pembentukan auksin, klorofil dan karbohidrat.
Daun berwarna kuning pucat atau kemerahan, muncul bercakbercak putih di permukaan daun hingga akhirnya mongering, berlubang dan mati. Perkembangan akar tidak sempurna, sehingga pendek dan tidak subur.

14
Molybdenum (Mo)
Fungsi sama dengan Cu, berperan sebagai pengikat nitrogen bebas di udara untuk pembentukan protein, dan menjadi komponem pembentukan enzim pada bakteri bintil akar tanaman leguminose.

Daun berubah warna, keriput dan melengkung seperti mangkuk. Muncul bintik-bintik kuning disetiap lembaran daun dan akhirnya mati. Pertumbuhan tanaman terhenti.
15
Boron (Bo)
Membawa karbohidrat keseluruh jaringan tanaman. Mempercepat penyerapan unsure kalium. Merangsang tanaman berbunga dan membantu proses penyerbukan. Meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah.
Tunas pucuk mati dan berwarna hitam, lalu muncul tunas samping, tetapi tidak lama kemudian akan mati. Daun mengalami klorosis dimulai dari bagian bawah daun, lalu mongering. Daun yang baru muncul kerdil dan akhirnya mati. Daun tuanya berbentuk kecil, tebal dan rapuh. Pertu,buhan batang lambat, dengan ruas-ruas cabang pendek.

16
Clorin (Cl)
Berperan dalam pembentukan hormone tanaman. Meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman.
Tanaman gampang layu. Daun pucat, keriput dan sebagaian mongering. Produktivitas tanaman rendah dan pemasakan buah lambat.

18
Silicon (Si)
ketegaran batang, ketahanan terhadap penyakit, lapisan kutikula, toleransi terhadap Mn


 Dikumpulkan dari berbagai sumber.

Sunday, November 27, 2011

TANAH UNTUK PERTANIAN

   a.      Tanah untuk pertanian
Tanah yang baik untuk pertanian adalah tanah yang mengandung unsur :
   ·         Bahan organik
   ·         Organisme hidup
   ·         Udara tanah
   ·         Kelembaban tanah (air tanah)
   ·         Unsur hara (zat makanan bagi tanaman)
Tanah yang mengandung banyak bahan organik dapat :
·         Meningkatkan jumlah dan aktifitas organisme hidup dalam tanah
·         Menggemburkan tanah
·         Memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah
·         Meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air
·         Menjadi sumber hara bagi tanaman.
Meningkatnya organisme hidup dalam tanah dapat meningkatkan pula kesuburan tanah yang akhirnya bahan organik itu sendiri bertambah banyak, sehingga dalam tanah terbentuk humus.  Secara sederhana humus didefinisikan sebagai material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-daunan ataupun ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya berubah menjadi humus (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Sedangkan secara lebih kimia, humus didefinisikan sebagai suatu kompleks organik makromolekular yang mengandung banyak cincin dan subtituen-subtituen polar seperti fenol, asam karboksilat, dan alifatik hidroksida. Jadi humus dapat merupakan ciri khusus indicator tingkat kesuburan tanah.
Pada umumnya, tanah yang subur dan baik untuk pertanian mempunyai ciri fisik :
·         Warnah gelap atau hitam
·         Gembur
Tanah yang gembur dapat menyediakan air, udara dan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Karena itu pada tanah gembur bibit tanaman cepat tumbuh. Sedangkan pada tanah yang padat/keras, udara sulit bergerak, air sulit terserap dan organisme tanah tidak dapat berkembang. Kekurang udara dan air dalam tanah menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu ataupun mati. Karena itu diperlukan pengolahan tanah yng sempurna.
Unsur hara dalam tanah dapat berasal dari degradasi/pelapukan sisa tanaman atau hewan yang disebut pupuk alam. Dapat pula berasal dari pupuk buatan yang ditambahkan kedalam tanah baik berupa pupuk organik  maupun pupuk kimia.
b.      Bagaimana tanaman memanfaatkan unsur hara dalam tanah?
Tingkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman dalam tanah terbagi dalam tiga bagian:
·         unsur hara yang larut dalam air (langsung tersedia)
·         melekat pada kisi-kisi butir-butir tanah (lambat tersedia)
·         sebagian tersimpan dalam bahan organik dan mineral (tidak tersedia)
Kemampuan tanaman itu sendiri menyerap unsur hara tanah dipengaruhi oleh:
·         pH tanah
·         Tingkat ketersediaan air dalam tanah
·         Jarak jangkaun akar
·         Kemampuan tanah menyediakan unsur hara
Hubungan air dan unsur hara
Dalam suasana lembab perakaran tanaman lebat. Keadaan ini sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk menyerap unsur hara. Saat tanaman melakukan resfirasi, akan terjadi aliran massa air ke dalam tubuh tanaman. Pada saat itu terangkut pula unsur hara nitrat (N), sulfat (S), kalium (K) dan magnesium (Mg) kepermukaan akar.
Jadi kekurangan air, dapat menyebabkan tanaman tidak dapat memperoleh unsur hara, khususnya kalsium, magnesium, nitrat, sulfat dan lain lain. Karena itu, pemupukan dapat memberikan hasil apabila cukup tersedia air dalam tanah.
Hubungan pH tanah dan ketersediaan unsur hara
Pada pH tanah rendah (pH lebih kecil 5,5), unsur hara Al, Fe dan Mn menjadi larut, serta dapat mencapai tingkat yang bisa meracuni tanaman.
Pada pH tanah yang tinggi (pH lebih besar dari 6), keracunan Al, Fe dan Mn menjadi kurang. Tetapi pada pH tanah yang terlalu tinggi (lebih besar dari 7), dapat menyebabkan Al, Fe dan Mn tidak tersedia. Karena itu, pH tanah sebaiknya bersifat sedang sampai netral, atau 5-6,5.

Friday, November 25, 2011

PERGILIRAN TANAMAN PADI DAN UBI JALAR


Kelompok Tani Massumpuloloe I Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang saat ini tengah menggalakkan budidaya ubi jalar yang ditanam setelah padi. Luas pertanaman untuk langka awal seluas 0,50 Ha dengan berbagai jenis varietas.

Masri Ibrahim, ketua kelompok tani Massumpuloloe I menjelaskan bahwa salah satu kendala untuk pengembangan ubi jalar adalah kurangnya bibit yang baik dan unggul. Untuk itulah pertanaman yang ada sekarang lebih ditujukan untuk pembibitan, sehingga kedepan masalah bibit dapat dipecahkan.
Ada beberapa alasan sehingga kelompok ini mengembangkan ubi jalar setalah padi :
1.      Mudah dibudidayakan dan sangat sesuai dengan agroklimat yang ada di wilayahnya
2.      Diharapkan dapat mengembalikan tingkat kesuburan tanah yang selama ini jenuh air dan memotong siklus hama dan penyakit pada tanaman padi yang sudah bertahun-tahun diusahakan tanpa tanaman sela
3.      Mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga menguntungkan untuk diusahakan
4.      Penggunaannya cukup luas dan cocok untuk program diversifikasi pangan.

Dengan pembinaan PPL, BPP dan PPK diharapkan kegiatan ini lebih berkembang tidak hanya di kelompok ini, tetapi meluas keseluruh kelompok di wilayah BPP Panca Rijang. (Usman/THL-TB PP)
====================================================================

a)      PENYIAPAN LAHAN
Ubi jalar dapat ditanam ditegalan atau sawah. Penyiapan lahan ditujukan untuk menciptakan media tumbuh yang gembur dan subur. Tanah dan diolah dan dibuat guludan dengan lebar 40 – 60 cm dan tinggi 25- 30 cm  Jarak antar guludan 80-100 cm. Pada tanah berat(berlempung) untuk membuat guludan yang gembur perlu ditambah 10 ton bahan organic/ha.
 b)      CARA TANAM
Ubi jalar ditanam setelah padi yaitu awal hingga pertengahan musim kemarau. Penyertaan ubi jalar dalam pergiliran tanaman dengan padi sawah sangat bagus dipandang dari segi aspek keberlanjutan, khususnya aplikasi bahan organic pada ubi jalar saat musim kemarau.
Populasi tanaman sekitar 35.000 sampai 50.000 tanaman /ha. Dengan jarak antar baris /gulud 80-100 cm, dan dalam baris 20-30 cm. Bibit dari stek pucuk, tunas semai umbi. Ubi jalar dapat pula ditanam pada system tumpang sari dengan tingkat naungan tidak lebih 30 %.
 c)      PEMUPUKAN
Takaran pupuk 100-200 kg urea + 100 kg SP 36 +100 kg KCI + 10 ton pupuk kandang/ha. Pupuk kandang diberikan bersamaan pembuatan guludan. 1/3 dosis urea dan KCI serta seluruh SP 36 diberikan pada saat tanam. Sedangkan sisanya, 2/3 Urea dan KCI diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan. Aplikasi pupuk harus ditutup dengan tanah.
 d)      PENYIANGAN GULMA
Penyiangan gulma dilakukan sebelum pemupukan kedua. Bagi ubi jalar yang ditanam setelah padi sawah, jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai mulsa sehingga dapat mengurangi biaya penyiangan gulma dan pembalikan batang. Peran pembalikan batang dapat digantikan dengan penggunaan mulsa karena pembalikan batang mencegah munculnya akar dari ruas batang.
 e)      PENGAIRAN
Pertanaman ubijalar musim kemarau, perlu diairi untuk mencapai produktivitas tinggi. Selain itu, pengairan yang cukup dapat menghindarkan ubi jalar dari serangan hama boleng Cylas formicarius.
 f)        PENGENDALIAN HAMA
Hama utama adalah hama boleng cylas formicarius, penggerek batang Omphisa anastomasalis serta nematode Meloidogyne sp yang merugikan ubi jalar
 g)      PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit utama pada ubi jalar adalah jamur stek Fusarium sp. Dan kudis Spaceloma batatas
 h)      PANEN DAN PASCA PANEN
Ubi jalar dapat dipanen jika umbi sudah tua dan besar. Panen dapat serentak maupun bertahap. Secara fisik ubi jalar siap dipanen apabila daun dan batang sudah mulai menguning.
Didataran rendah, ubi jalar umumnya dipanen pada umur 3,5 – 5 bulan. Sedangkan didataran tinggi ubi jalar dapat dipanen pada umur 2 – 8 bulan.
Setelah dibersihkan dari tanah dan dipisahkan dari umbi yang tidak seha, umbi yang bertangkai hingga pangkal batang disatukan dalam bentuk ikatan tergantung pada tujuan kegunaan akhir. Umbi yang dikirimkan kepabrik dikemas dalam karung maupun curah. Sedangkan umbi yang dikirimkan kepasar dapat dikemas dalam berbagai bentuk sesuai selera pasa, misalnya diikat atau ditaruh dalam keranjang.
Ubi jalar dapat diolah secara sederhana menjadi berbagai bentuk masakan, dikukus, direbus, digoreng, dipanggang, dibakar, maupun dioven merupakan cara yang umum dilakukan dalam mempersiapkan ubi jalar untuk disajikan.Selain dikonsumsi langsung ubi jalar dapat diolah menjadi produk antara dalam bentuk pati maupun tepung. Pati dibuat dengan mengekstrak umbi yang telah diparut. Sedangkan yepung diperoleh dengan cara mencuci umbi, mengupas, mengiris, menjemur dan menghancurkan (menepungkan) diayak pada ukuran 80 mesh. Pati dan tepung ubi jalar dapat digunakan untuk membuat aneka jenis kue, mie, hingga es krim. (sumber: http://sulsel.litbang.deptan.go.id)

Tuesday, November 22, 2011

DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA

1.1       Pendahuluan  
                       Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman merupakan hal mutlak yang harus dilakukan mengingat pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Ika, 2007).
Pestisida, ”Pest Killing Agent” merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang umumnya bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman baik hama, penyakit maupun gulma. Pemberian tambahan pestisida pada suatu lahan merupakan aplikasi dari suatu teknologi yang diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas, membuat pertanian lebih efisien, dan ekonomis. Namun pestisida dengan intensitas pemakaian yang tinggi dan dilakukan secara terus-menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Manusia akan mengalami keracunan, baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian (Prameswari, 2007).
 Bahan-bahan kimia (pestisida) telah dibuktikan secara nyata dan jelas memberikan dampak buruk. Penggunaan bahan-bahan kimia pada pertanian dianggap dapat membantu kemajuan dan perkembangan pertanian selanjutnya. Namun pada negara-negara berkembang telah sadar bahwa bahan kimia justru sebagai penyebab utama terjadinya pencemaran lingkungan. Oleh karena itu negara berkembang telah mengurangi penggunaan bahan kimia, dan lebih menyukai produk-produk pertanian yang organik atau bebas bahan kimia, serta ramah lingkungan (Prameswari, 2007).
Definisi dari pestisida pes memiliki arti hama, sedangkan cide berarti membunuh, sering disebut ”Pest Killing Agent” yaitu semua bahan yang digunakan untuk membunuh, mencegah, mengusir hama dan merupakan bahan yang digunakan untuk merangsang dan mengendalikan hama.
Pestisida dalam praktek penggunaannya digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, dicampurkan pada air pengencer, penyebaran dan penyemprotan.  Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan. Pestisida yang resisten yaitu pestisida yang dapat meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan pestisida yang kurang resisten.
                                  

1.2   Dampak Penggunaan Pestisida pada Lingkungan
Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Sa’id, 1994).
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida (Ton, 1991). Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai (Sa’id, 1994).
Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan masalah pencemaran lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di lingkungan. Sebagian besar bahan-bahan kimia pertanian yang disemprotkan jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah (Uehara, 1993).
Pestisida bergerak dari lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel-partikel tanah.
Berikut ini akan diuraikan bebrapa dampak penggunaan pestisida yang berhubungan dengan lingkungan dan ekosistem.
1)        Punahnya Spesies
Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar dan ada pula yang tidak. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.
2)         Peledakan Hama
Penggunaan pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka serangga dan hama akan berkembang tanpa kendali.
3)         Gangguan Keseimbangan lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
4)         Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.
Kerusakan tanah atau lahan dapat disebabkan oleh kemerosotan struktur tanah (pemadatan tanah dan erosi), penurunan tingkat kesuburan tanah, keracunan dan pemasaman tanah, kelebihan garam dipermukaan tanah, dan polusi tanah.  Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tanah atau lahan adalah : (1) pembukaan lahan (deforestration) dan penebangan kayu hutan secara berlebihan untuk kepentingan domestik, (2) penggunaan lahan untuk kawasan peternakan/penggembalaan secara berlebihan (over grazing), dan (3) aktivitas pertanian dalam penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan (Hakim, 2002).

1.3    Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman, dalam Konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. Tetapi, benefit bagi produksi pertanian tanaman tersebut bukan tidak menimbulkan dampak. Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini pada manusia adalah banyaknya bahan kimia yang ada di lingkungan kita, dan rekayasa genetika yang kerap dilakukan pada budidaya bahan pangan non-organik merupakan salah satu penyebabnya.
Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusia, sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker juga pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida.
Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan dan lingkungan. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja dipertanian diracuni oleh pestisida oleh pestisida  dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida, petani dan pekerja di pertanian lainnya terkontaminasi (terpapar) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida     (pan AP,2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terkontaminasi pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pestisida juga beresiko terkontaminasi pestisida.
Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengankan. WHO (World Helth Organization) dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18 ribu orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004).
Menurut NRDC (Natural Resources Defenns Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia.

1.4   Kesimpulan

Penggunaan  pestisida di sektor pertanian selain menimbulkan dampak positif bagi petani, ternyata dapat juga menimbulkan dampak negatif. Dampak positif yang timbul adalah : dapat membasmi atau mengendalikan jasad pengganggu tanaman baik hama, penyakit maupun gulma, sehingga dapat membantu petani meningkatkan produktivitasnya, membuat pertanian lebih efisien, dan ekonomis.
Sedangkan dampak negative yang ditimbulkan adalah terjadinya kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem serta menimbulkan keracunan bagi manusia yang berujung pada kematian dan timbulnya berbagai penyakit. (Usman...) baca juga Pestisida dan Teknik Aplikasi
Lazada Indonesia